18 Januari 2014

Home » » Kematian

Kematian

kematian 
Rencananya pagi ini gue mau ke warnet. Yak, walaupun tadi sempat mati listrik sebentar (karena di kampung gue hampir rutin tiap hari sabtu mati listrik). Kenapa gue ke warnet? Padahal di rumah gue masih ada koneksi internet yang cukup buat sekedar browsing atau untuk tab gue? Yak, tidak lain dan tidak bukan adalah buat DOWNLOAD! Sisa kuota 200Mb di smartpret gue menambah niat gue buat ke warnet untuk download film running man yang episode minggu ini belum gue tonton.

 Sesampainya di warnet sekitar 7 km dari rumah gue, gue liat cuman ada satu orang anak kecil kira-kira kelas 1 SD sedang main di salah satu komputer di sana. Komputer di warnet itu tidak memiliki box, jadi gue bisa tau kalo anak itu sedang memainkan game cross fire.

"Anak sekarang umur segini udah main game online. Lah gue dulu seumuran dia cuman main layangan sama kelereng." pikir gue waktu itu.

Tanpa banyak basa-basi gue langsung menduduki di depan salah satu komputer dan menyalakan billingnya. Langsung gue ke website favorit gue buat download running man. Dan tebak, walaupun di sana ada IDM, estimasi waktu download masih sekitar 1 jam 30 menit untuk menyelesaikan download.

Bahkan torrent yang gue tanam di komputer masih tercantum 90% di situ. Yak sebenarnya ini tujuan gue ke warnet ini. Buat ngecek download'an torrent gue yang gue pasang hari kamis minggu lalu. Sudah seminggu lebih gue pasang namun download'an torrent 4GB ini belum selesai ternyata. Haha. Jahat ya gue.

Akhirnya gue galau. Estimasi waktu torrent dan download running man yang masih lama mengurungkan niat gue untuk berlama-lama di warnet itu. Apalagi harinya mulai panas dan gue lagi makai kaos berwarna hitam menambah suhu badan gue yang kegerahan.
45 menit berlalu. Gue putuskan untuk stop billing gue. Download'an belum selesai satupun. Gue pulang. Semoga beberapa hari ke depan torrent gue sudah selesai didownload.
Gue pun berangkat pulang menggunakan motor honda blade gue. Hampir melewati km.3, sekitar 2 km dari warnet tadi gue melihat orang-orang dan para warga banyak berkumpul di pinggir jalan. Gue pikir ada razia motor.



Sebenarnya gak apa-apa sih kalo ada razia. Toh surat gue lengkap-lengkap aja mulai SIM, STNK, dan kelengkapan gue juga oke. Gue pake helm, spion, dan motor emang gak pernah gue modif apa2in dari dulu. Bahkan dari pertama beli motor ini, tak ada satu stiker pun yang menempel di motor gue. Gue pun berjalan dengan tenang.

Mendekati kerumunan orang gue mencoba menyelidiki ada apa gerangan. Biasanya kalo orang-orang pada berkumpul gini kalo gak kecelakaan yaaa pasar. Dan benar, ternyata kecelakaan. Gue liat dari jauh ada motor yang tergeletak di tengah jalan. Gue bingung kenapa gak ada yang minggirin tu motor. Kan jalanan jadi macet, pikir gue melihat beberapa mobil dan truk yang terpaksa melambat yang berlawanan arah di depan gue.

Gue semakin dekat dengan motor yang tergeletak di tengah jalan itu. Dan akhirnya gue tahu kenapa para warga gak meminggirkan motor. Ternyata pengendara motor dan penumpangnya itu sudah tergeletak kaku di tengah jalan, lengkap dengan darah segar yang masih mengalir di antara kepalanya. Ya, dari sekilas gue sudah tau kalo 2 orang pengendara motor malang itu telah meninggal dunia di tempat kejadian.

Gue shock, gue langsung memalingkan muka dan mencoba bergegas untuk meninggalkan tempat itu. Bukannya gue tidak kasihan, namun gue memang takut sama darah. Tiap kali ngeliat darah, gue juga seperti merasakan rasa sakit saat pemilik darah tersebut mengeluarkan darahnya. Yak, alhasil gue merinding sambil mengendarai motor.

Gue mencoba melupakan bayangan darah segar tadi di pikiran gue. Dan tentu saja, semakin kita mencoba melupakan justru bayangan itu semakin kuat. Sampai di rumah gue langsung duduk di kamar dan mencoba menahan mual yang mulai keluar dari dada gue. Gue mencoba menenangkan diri dengan berbaring di kasur gue.

Agar tidak terpikir darah tadi, gue mencoba memikirkan hal lain. Tapi justru yang gue pikirkan adalah kematian.
Ya, bagaimana jika seandainya yang meninggal itu tadi adalah gue. Pulang dari warnet tiba-tiba badan gue kaku dan udah gak bernyawa di hadapan ortu gue.
Apakah gue yang sekarang udah siap menghadapi itu.
Bagaimana nasib gue setelah nyawa gue sudah tidak ada lagi di tubuh gue.
Bagaimana wajah ortu dan keluarga gue kalo melihat gue disaat seperti itu.

Gue belum bisa memberikan apapun untuk membalas jasa-jasa mereka yang telah membesarkan gue sampai sekarang.
Gue belum bisa membahagiakan mereka.
Gue sebagai anak yang paling tua, belum bisa menjalankan amanah untuk menggantikan ortu gue yang sudah pensiun buat membiayai sekolah adik-adik gue.

Jujur, kalo ditanya seperti itu gue belum siap. Dan itulah alasannya. Gue belum bisa memberikan bahkan hal yang sekecil apapun buat keluarga gue.
Kita tidak tahu kapan kematian menjemput kita. Yang gue takutkan adalah, kematian datang saat gue belum siap. Gue takut gue meninggal di saat gue sedang tidak mengingat-Nya. Gue takut kematian gue saat gue belum membahagiakan orang-orang di sekitar gue.
Tapi, gue tau Allah pasti tau yang terbaik buat gue. DIA yang Maha Tahu yang terbaik buat hamba-Nya. Itu yang gue yakini sampai sekarang.
Akhir kata, mari kita tanya kepada diri kita sendiri masing-masing. Siapkah anda kalau malaikat Izrail menjemput anda detik ini?

0 komentar: