Lama gak nulis di blog, gue jadi bingung gimana memulai tulisan. Ya udah jadi gue buka dengan pepatah dari kata-kata gue :
“Tidak ada usaha yang sia-sia”
Itulah pepatah yang bisa gue dapat dan gue simpulkan hasil dari perjuangan dan usaha yang telah kami lakukan selama 2 hari ini. Kami, para pejuang S.Kom yang sudah mengumpul berkas Skripsinya ke program studi, berjuang untuk melawan ketidakadilan di lingkungan kami. #apasih.
Tanggal 4 dan tanggal 5, bulan September 2013. Entah kenapa 2 hari ini berasa begitu paaaaaanjaaaang lebih panjang dari tinggi badan Novri.
Kenapa? Jadi bakal gue ceritain. (Note : Cerita ini bakal gue ceritain dengan beberapa penambahan untuk menambah kesan heboh dan waw tanpa bermaksud merubah isi cerita yang sesungguhnya)
Jadi awal mula begini. Gue, waktu bulan Juli 2013 yang lalu, adalah masa pembayaran SPP dan pengisian KRS sudah dimulai. Namun gue, dan beberapa teman-teman gue (10 orang), berinisiatif untuk tidak membayar SPP. Karena kami akan mengikuti sidang akhir pada bulan agustus 2013 yang Insya Allah Yudisiumnya dan wisudanya akan diadakan pada bulan September atau Oktober depan. Karena kami positif dan yakin akan lulus sidang akhir, dan jika kami lulus, otomatis kami tidak akan “memakai” fasilitas lagi untuk semester selanjutnya, jadi kami memutuskan untuk tidak membayar SPP (Iye kami emang malas kalo masalah bayar-bayaran,, wkwk).
Oke. Bulan-bulan sidang berlalu, alhamdulillah gue dan teman-teman gue lulus. Dan berkas skripsi sudah dikumpul. Namun tak disangka, ketidakbayaran SPP kami ini ternyata menjadi masalah oleh fakultas. Kami terancam tidak bisa ikut yudisium sebelum melakukan pembayaran SPP tersebut.
WHAT??? Tentu saja kami kaget dong. Coba logikain deh, SPP itu kan biaya buat menggunakan fasilitas kampus, dan elo udah dinyatakan lulus, dan elo gak lagi memakai fasilitas kampus buat semester selanjutnya, tapi elo malah disuruh bayar. Buat apa coba duitnya?
Dan yang lebih gue masalahin adalah, duit SPP itu bukan 5rb atau 10rb rupiah sob. Tapi 750rb lebiiiih!!! Gila. Lo kira duit segitu bisa gue dapat instan sambil b*ker!!
Bahkan b*ker pun perlu proses yg lumayan lama. Mulai dari makanan masuk ke mulut, tenggorokan, dst sampe menjadi feses.
Ini kenapa malah jadi pelajaran biologi. Fokus! Fokus!
Iye sih, kalo lo orang kaya. Lo bisa mudah minta duit dan tinggal bilang “Udah bayar aja, cuman 750rb doang kok.”. Cih!
Namun bagi gue, duit segitu gak sedikit sob. Mana adek gue juga baru masuk kuliah, dan gue semakin gak enak buat ngomong ke orangtua gue.
Selain itu, gue juga minta keadilan di sini. Seperti yang gue bilang, kita GAK BAKAL LAGI MENGGUNAKAN FASILITAS KAMPUS UNTUK SEMESTER DEPAN. KOK KITA DISURUH BAYAR? Buat apaaaaa coba??
Bertekad mencari keadilan dan kebajikan, kami berencana untuk mengurus hal ini. Wong ancamannya gak bisa yudisium cooyy. Lo mau jadi penunggu kampus??
Oke. Pertama-tama beberapa teman gue yang terdiri dari quartet alay : Irfan, Fuzi, Sari dan Farhan, pergi ke rektorat fakultas untuk menanyakan kejelasan. Gue gak ikut karena gue saat itu lagi ngurus berkas skripsi karena hari itu udah deadline.
Harap-harap cemas kami menunggu mereka datang. Alhamdulillah, setelah mereka datang, mereka membawa kabar baik. Ternyata dari pihak rektorat menyatakan tidak bayar!! WOW!!
Kami pun berencana meminta konfirmasi dari fakultas esok harinya karena hari itu sudah terlalu sore.
Keesokan harinya, kami menemui pihak akademik menanyakan hal ini, karena sumber informasi yang menyatakan kami bermasalah karena tidak bayar SPP adalah pihak akademik fakultas. Karena kata buhannya untuk berurusan dan ngomong ini lebih enak kalo cewek, maka kami mewakilkan Sari Fuzi dan Irfan untuk menghadap ibu akademik.
Di sini gue harap-harap cemas. Gue dan teman-teman takut, kalo misalnya beliau mengatakan “Ini kebijakan fakultas!”. Well, kita gak bisa ngapa-ngapain lagi kalo udah gini.
Sedikit intermezzo. Setara dengan kami yang ikut sidang bulan ini dan akan ikut yudisium bulan depan. Mereka udah bayar SPP FULL!!! Bahkan ada beberapa temen gue yang seangkatan dan satu prodi dengan gue juga bayar FULL.! Oleh karena itu mereka gak bermasalah seperti kami. Wow orang-orang yang kuliah di fakultas gue emang luar biasa.
Begitulah. Beberapa puluh menit kemudian 3 cewek tadi keluar dari ruang akademik. Hmm,,muka mereka galau. Lebih galau dari muka andika kangen band waktu masuk penjara lagi. Gue punya firasat buruk.
Well, firasat gue benar. Ternyata kita memang DIHARUSKAN MEMBAYAR. Dan kita harus mengurus surat KETERLAMBATAN BAYAR SPP..
WHAT?? Surat KETERLAMBATAN?? KETERLAMBATAN BAYAR SPP????? Gak salah bu?
Selain kita gak terlambat (lo kira hamil), kita emang sengaja gak bayar karena memang kita gak ada kuliah lagi. Terus kalo kita musti bayar, artinya kita melakukan kewajiban tapi tidak mendapatkan hak. Artinya hak kita terampas kan?? Wah, bisa dilaporkan ke komnas perlindungan anak nih.
Oke. Gue dan teman-teman mencoba tenang. Kami kemudian berkonsultasi dengan ketua prodi kami. Setelah dihubungi ke PD (Pembantu Dekan), hmm… katanya kami disuruh bikin surat minta keringanan pembayaran.
Well, daripada kami lost hope, akhirnya kami usahakan apapun yang kami bisa. Kami dengar katanya kalo ada surat keringanan pembayaran kita bisa membayar sebanyak separo dari SPP full. Hmm. Walaupun sebenarnya masih agak gak enak hati karena separo, karena kami gak bakal makai fasilitas kampus sampe separo semester kan.
Okelah, diusahakan aja. Perjuangan masih berlanjut.
Surat sudah jadi. Siap diantar ke rektorat. Berangkat dengan mobil alay (entar gue ceritain kenapa jadi namanya mobil alay, mungkin di post selanjutnya :D), kita ke berangkat ke rektorat karena posisi rektorat dan fakultas kami lumayan jauuuh. Lebih jauh dari rumah spongebob dan salty spitoon (#apasih).
Teng-teng,, sekitar 1 jam perjalanan kita sampai di TKP. Yup, kita langsung menuju ke bagian akademik rektorat.
Karena ibunya mungkin sudah kenal fuzi irfan dan sari, maka kami mewakilkan mereka untuk menghadap. Dan seperti kata gue tadi, cewek lebih mudah dalam berurusan administrasi masalah ginian.
Sekitar setengah jam mereka keluar, alhamdulillah wajah mereka berseri-seri. Hmm,, auranya positif nih.
Kami pun keluar dari gedung rektorat untuk berbagi cerita dengan mereka. Yup, seperti kemarin, pihak rektorat mengatakan kalo kita MEMANG TIDAK PERLU LAGI MEMBAYAR. KARENA YUDISIUM SEPTEMBER INI TERMASUK SEMESTER GENAP KEMARIN!!!
Dan mau tau sesuatu yang super, ibu dari bagian akademik langsung menelpon dekan kami untuk meminta konfirmasi. Dan hasilnya Alhamdulillah, positif.
Begitulah, usaha kami dalam memperjuangkan keadilan dan ekonomi mahasiswa. #apanya
Disini gue salut banget sama temen-temen gue. Kita sama-sama berjuang dari awal, proposal skripsi, sidang akhir, pengumpulan berkas sidang akhir, hingga perjuangan mempertahankan SPP ini. Entah kenapa gue merasa kita udah menjadi satu. #ceilahGitu
Yeah. Sebuah happy ending untuk kita yang sebentar lagi bakal menjalani kehidupan yang sebenarnya. Kehidupan nyata. Dunia kerja. Dunia diluar perkuliahan. Dunia diluar kursi dan rutinitas kampus.
See you guys. Kenangan dan perjuangan ini gak bakal gue lupain. Kalian telah menorehkan kenangan perjuangan yang gak mudah terhapus oleh waktu di hati gue. Gue sayang kalian semua.
Special Thanks to member alay temen seperjuangan yang udah sama-sama berjuang skripsi ini :
- Nemo
- Sari
- Irfan
- Fuzi
- Fuad
- Desi
- Azmi
- Dani
- Farhan
- Fauzi
- Rizqan (cepet nyusul bro)
- Fenty (cepet nyusul mbakbro)
Banjarbaru, 5 September 2013.
0 komentar:
Posting Komentar