24 Februari 2015
Home »
Gaje Collection
,
gue cerita
»
Marmut Merah Jambu
Well, ini mungkin ini adalah bakal calon salah satu dari sekian draft tulisan yang gue simpan dan belum sempat gue publish di blog gue ini. Yap, gue emang punya beberapa draft tulisan yang rencananya bakal gue publish, namun belum sempat ter copy paste dari word ke blog gue karena berbagai alasan, di antaranya karena kesibukan gue yang gak sempet nyelesain tulisan, hilangnya mood, bahkan sampe karena bau ketek gue yang kadang jahannam banget (oke yang terakhir gak berhubungan emang).
Well tulisan ini tercetus dari setelah gue menonton film Marmut Merah Jambu yang disutradarai oleh Raditya Dika. Overall film nya bagus, terutama gue seneng sama pemeran Cindy yaitu Sonia eks JKT48. Walaupun aktingnya masih kurang menurut gue, mungkin karena dia baru terjun dalam dunia akting setelah dari dunia semi-jejepangan.
DI film ini bercerita tentang Dika, Bertus, dan Cindy yang adalah anggota dari grup detektif SMA. Awalnya sih grup ini dibuat agar supaya Dika dan Bertus bisa terkenal di sekolah mereka. Dika yang menyukai Nina berusaha pantang menyerah untuk memecahkan kasus agar bisa dilihat oleh Nina.
Spoiler dikit, di akhir cerita ternyata dari dulu si Cindy ini suka sama Dika. Itulah tujuannya dia ikut dalam grup detektif konyol buatan Dika dan Bertus ini. Dan perasaan Cindy ini diketahui oleh Dika 11 tahun kemudian saat mereka bertemu di pernikahan Nina (yang ternyata menikahnya bukan sama Michael ataupun Dika). Coba saja seandainya Cindy ngomong langsung sama Dika saat mereka SMA itu, mungkin memendam rasa 11 tahun itu tak akan dialami oleh Cindy.
Well, pernah gak sih, kita menyesali sesuatu hal di masa lalu, yang dimana penyesalan itu diakibatkan karena kita tidak jujur atau kita tidak berani mengungkapkan apa yang kita inginkan tersebut.
Gue yakin pasti lo yang baca tulisan ini pernah.
Begitu juga gue.
Dulu waktu SMA gue pernah pacaran sama adik kelas gue. Gue saat itu kelas 3, dia kelas 1. Yaa semi-cinta-monyet gitu lah. Dia cantik, putih, rambutnya sebahu, dan berkacamata.
Dan tanpa alasan ke pacar gue, gue putusin dia sepihak. Gue menjauh tiba-tiba.
Saat itu gue gak perduli gimana perasaan dia saat gue putusin. Padahal saat itu kita lagi masa-masa baru pacaran, gue juga masih sayang dia dan gue tau dia juga masih sayang sama gue.
Tapi kenapa gue putusin?
Alasannya simpel.
Waktu itu 2 hari setelah gue pacaran sama adik kelas gue itu, gue dikasih tau temen gue kalau ternyata ada adik kelas gue dari kelas 2 yang udah lamaaa memendam rasa sama pacar gue itu. Dan adik kelas gue kelas 2 itu ternyata lumayan akrab sama gue.
Mengetahui hal itu gue gak enak hati.
Setiap istirahat sholat, di musholla, gue selalu mencoba menyunggingkan senyum atau menyapa basa-basi dengan adik kelas 2 gue itu.
Gue diacuhin. Kadang gue dikasih tatapan sinis. Temen gue itu berubah drastis 180 derajat.
Lama kelamaan, entah kenapa gue merasa bersalah dengan teman gue itu.
Akhirnya gue putusin untuk memutus hubungan dengan pacar gue itu dengan harapan hubungan gue dan temen gue ini membaik. Gue mutusinnya lewat SMS. Yak, gue emang gak gentle.
Setelah gue mutusin pacar gue yang telah menjadi mantan secara sepihak karena keegoisan gue itu, sikap dia berubah. Seolah-olah dia gak pernah mau lagi melihat muka gue dan muak melihat muka gue.
Well, gue rasa ini hukuman yang pantas buat gue.
Sekarang, 6 tahun berlalu. Dia sudah bahagia dengan pacarnya yang sekarang dan dengar-dengar katanya mereka akan menikah. Gue tersenyum.
Satu hal yang bisa gue ambil, keegoisan kita di masa sekarang dapat menimbulkan penyesalan di masa yang akan datang.
Terkadang tersirat di pikiran gue kalo gue lagi ngelamun, misalnya gue gak mutusin dia, apa yang bakal terjadi yah.
Marmut Merah Jambu
Well, ini mungkin ini adalah bakal calon salah satu dari sekian draft tulisan yang gue simpan dan belum sempat gue publish di blog gue ini. Yap, gue emang punya beberapa draft tulisan yang rencananya bakal gue publish, namun belum sempat ter copy paste dari word ke blog gue karena berbagai alasan, di antaranya karena kesibukan gue yang gak sempet nyelesain tulisan, hilangnya mood, bahkan sampe karena bau ketek gue yang kadang jahannam banget (oke yang terakhir gak berhubungan emang).
Well tulisan ini tercetus dari setelah gue menonton film Marmut Merah Jambu yang disutradarai oleh Raditya Dika. Overall film nya bagus, terutama gue seneng sama pemeran Cindy yaitu Sonia eks JKT48. Walaupun aktingnya masih kurang menurut gue, mungkin karena dia baru terjun dalam dunia akting setelah dari dunia semi-jejepangan.
DI film ini bercerita tentang Dika, Bertus, dan Cindy yang adalah anggota dari grup detektif SMA. Awalnya sih grup ini dibuat agar supaya Dika dan Bertus bisa terkenal di sekolah mereka. Dika yang menyukai Nina berusaha pantang menyerah untuk memecahkan kasus agar bisa dilihat oleh Nina.
Spoiler dikit, di akhir cerita ternyata dari dulu si Cindy ini suka sama Dika. Itulah tujuannya dia ikut dalam grup detektif konyol buatan Dika dan Bertus ini. Dan perasaan Cindy ini diketahui oleh Dika 11 tahun kemudian saat mereka bertemu di pernikahan Nina (yang ternyata menikahnya bukan sama Michael ataupun Dika). Coba saja seandainya Cindy ngomong langsung sama Dika saat mereka SMA itu, mungkin memendam rasa 11 tahun itu tak akan dialami oleh Cindy.
Well, pernah gak sih, kita menyesali sesuatu hal di masa lalu, yang dimana penyesalan itu diakibatkan karena kita tidak jujur atau kita tidak berani mengungkapkan apa yang kita inginkan tersebut.
Gue yakin pasti lo yang baca tulisan ini pernah.
Begitu juga gue.
Dulu waktu SMA gue pernah pacaran sama adik kelas gue. Gue saat itu kelas 3, dia kelas 1. Yaa semi-cinta-monyet gitu lah. Dia cantik, putih, rambutnya sebahu, dan berkacamata.
Dan tanpa alasan ke pacar gue, gue putusin dia sepihak. Gue menjauh tiba-tiba.
Saat itu gue gak perduli gimana perasaan dia saat gue putusin. Padahal saat itu kita lagi masa-masa baru pacaran, gue juga masih sayang dia dan gue tau dia juga masih sayang sama gue.
Tapi kenapa gue putusin?
Alasannya simpel.
Waktu itu 2 hari setelah gue pacaran sama adik kelas gue itu, gue dikasih tau temen gue kalau ternyata ada adik kelas gue dari kelas 2 yang udah lamaaa memendam rasa sama pacar gue itu. Dan adik kelas gue kelas 2 itu ternyata lumayan akrab sama gue.
Mengetahui hal itu gue gak enak hati.
Setiap istirahat sholat, di musholla, gue selalu mencoba menyunggingkan senyum atau menyapa basa-basi dengan adik kelas 2 gue itu.
Gue diacuhin. Kadang gue dikasih tatapan sinis. Temen gue itu berubah drastis 180 derajat.
Lama kelamaan, entah kenapa gue merasa bersalah dengan teman gue itu.
Akhirnya gue putusin untuk memutus hubungan dengan pacar gue itu dengan harapan hubungan gue dan temen gue ini membaik. Gue mutusinnya lewat SMS. Yak, gue emang gak gentle.
Setelah gue mutusin pacar gue yang telah menjadi mantan secara sepihak karena keegoisan gue itu, sikap dia berubah. Seolah-olah dia gak pernah mau lagi melihat muka gue dan muak melihat muka gue.
Well, gue rasa ini hukuman yang pantas buat gue.
Sekarang, 6 tahun berlalu. Dia sudah bahagia dengan pacarnya yang sekarang dan dengar-dengar katanya mereka akan menikah. Gue tersenyum.
Satu hal yang bisa gue ambil, keegoisan kita di masa sekarang dapat menimbulkan penyesalan di masa yang akan datang.
Terkadang tersirat di pikiran gue kalo gue lagi ngelamun, misalnya gue gak mutusin dia, apa yang bakal terjadi yah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar